Well
Guys, setelah sebelumnya aku nyeritain proposal TA-ku dan proses mendapatkan
dosen pembimbing, sekarang aku mau cerita tentang pengerjaan Tugas Akhirku.
Sekedar informasi, pembimbingku udah bertahun-tahun berkecimpung dengan hal-hal
yang berkaitan dengan material, pengelasan, dan teman-temannya. Mungkin waktu
masih muda jadi Satria Baja Hitam. Jadi, sesuai banget sama TA-ku. #Alhamdulillah
ya...
Dari awal aku sudah berkeyakinan bahwa Tugas Akhir itu tidak
menunjukkan kehebatan. Tapi Tugas Akhir, untuk menunjukkan kompetensi. Dan,
tugas Akhir tidak akan mungkin flawless, karena tulisan yang flawless hanya
Holly Book Quran. So, mengharapkan tugas akhir yang sempurna hanya akan
membebani diri sendiri karena Tuhan tidak akan memudahkan siapapun yang menjadi
penantang bagi kesempurnaan Maha Karya-Nya. Jadi intinya, TA-ku banyak
kekurangan. :-)
Sebagaimana
yang kuceritakan sebelumnya, Tugas Akhirku melibatkan pengujian. Pengujian
material melibatkan persiapan. Persiapan membutuhkan tenaga ekstra. Apakah kamu
pernah berfikir untuk membawa 9kg sampel material dari galangan ke daerah ITS
pakai motor? OK, info tambahan lagi. Aku bukan atlet angkat beban dan sendirian
(temen-temenku pada OJT). But…. I could
do this! Can you imagine how did I do? Thankz to Allah for the blesssing.:D
The sample of materials looked like above |
Kemudian, aku harus menjadikannya seperti ini:
Tapi, yang akan digunakan dalam pengujian material
adalah yang udah jadi kaya gini:
Gambar
paling bawah itu setelah material dipotong kaki-kakinya, terus di-grinding
& polishing sampai bisa dipakai buat ngaca dengan jelas. Tentu saja proses
bikin besi jadi cermin gak gampang buat ukuran Lintang. Secara pendidikanku
lebih ke designer. Bukan inspector. Secara juga, tanganku…. Well, ada perbedaan
antara memegang kursor dengan mesin bubut, memarut kelapa dengan meratakan surface-nya besi. Ya emang pernah sich
ngelakuin ky beginian. Tapi khan gak sering. Hehehehe…. Kalau gak karena
kemurahan My Almighty GOD – Allah swt, mana mungkin temanku mau bantuin. Thankz
A’ang... Kamu baik dech. :)
Dan
kalau kamu bertanya apa yang berkesan sampai di proses polishing ini,
jawabannya adalah:
1.
Untuk pertama kalinya aku shopping di
toko bangunan. Dan bukan mall.
2.
Kalau dulu, waktu dapat tugas besar di
kuliah Ilmu Bahan yang kaya begini juga yang ngerjain
cutting+grinding+polishing teman-temanku, sekarang aku harus mengerjakan
sendiri.
3.
Beberapa kejadian yang menyebabkan
spesimenku terlempar. :D
Dan kalau kau berfikir prosesnya selesai setelah
spesimenku jadi kinclong, tebakanmu kurang benar ;D. ada beberapa hal lagi yang
harus kulakukan. Di antaranya adalah membuat permukaannya sedikit terkorosi
sehingga unsur-unsur nggak penting jadi larut dan mengilang dari permukaan.
Disebut juga proses etsa (eching). Karena bagian ini sangat krusial, kegagalan
pada proses ini bisa menyebabkan kegagalan pengujian dan membawa kemungkinan
terburuk yaitu polishing ulang yang berarti ngulang capek. Maka, untuk
mengurangi kemungkinan trial error, aku memutuskan untuk….. nggak ngetsa sendiri.
So, aku mempercayakan proses etsa materialku pada….. Pembimbingku sendiri. He
he he he he …. Semoga aku gak kuwalat.
Pembimbingku lagi ngetsa test piece-ku |
Ini pembimbingku yang
lagi ngetsa materialku. Kalo mau lihat pembimbingku bisa dilihat di blog
sebelah.
Kenudian, setelah proses etsa selesai, material siap jadi
model pemotretan. Materialku narsis juga ya. Begitulah uji metalografi buat
TA-ku. Masih sangat simpel. Setelah selesai dipotret, terus diuji hardness.
Prosesnya, intinya simpel juga sich... aku pakai metode Vickers karena hardness
testing machine-nya lagi nggak bisa dipakai untuk metode Rockwell. Maksudku,
aku menggunakan metode super manual. Jadi, margin errornya cukup besar. Apalagi
mataku kurang terbiasa mengukur diameter indentasi. But, never mind lah... toh
selesai juga. Meskipun salah satu revisi TA-ku adalah mengukur ulang diameter
indentasi.
Dan.... begitulah, nggak tahu gimana ceritanya – jujur
aku nggak nyangka, sekarang udah jadi dan aku mau lulus kuliah. Banyak temanku
mengatakan TA-nya Cuma gitu doank, sidang yang ditanyain juga Cuma gitu doank,
tapi aku merasa BENAR-BENAR nggak seperti itu. To be honest, mungkin ini tugas
kuliah yang paling menguras tenaga dan fikiranku. Dan sejujurnya, meski mungkin
teman-temanku tidak berfikir sama, tapi Tugas Akhirku punya kesan yang SANGAT
mendalam dalam perjalanan kuliahku. Aku dituntut untuk mandiri, kuat secara
fisik dan mental, juga pemahaman secara teoritis dan praktis. Kau tahu kan, TA
yang baik itu orisinil dan tidak memakai baceman. OK, mungkin aku tidak
mencapai pemahaman teoritis dan praktis sebagaimana yang distandarkan itu. But,
I’ve tried you know.....
Well, I don’t know how to say thanks to my advisor
lecturer because... yeah, I’m not too smart, need a lot of help, and so on. Dan
yang pasti menjadi pembimbingku benar-benar seperti ujian kesabaran, karena
diperlukan kesabaran ekstra untuk menerima konsultasi di atas pukul 18.00 WIB
apalagi dengan frekuensi konsultasi di atas standar kewajaran mahasiswa PPNS
dan revisi laporan TA yang tak kunjung selesai. Semoga kebaikan beliau dicatat
sebagai amal yang mulia di sisi Allah #Amien....:-D
OK, udah dulu dech The Story of My Field Project. Dan aku
sangat berterimakasih pada teman-temanku yang selalu mendukung aku, adikku,
orang tuaku, dan yang pasti Pembimbingku karena kalau pembimbingku nggak sabar,
aku nggak yakin Tugas Akhirku akan jadi TA. But, there’s something we always
try to remember, that there’s nothing stronger than The World Creator, Allah
swt.
saya harus buat acungan jempol....buat b'Lintang Maharani,...yang bisa menggoreskan kesan peristiwa berwujud tulisan, tak mudah memang, perlu ketrampilan dan tdk sekedar ingatan....siluet perjalanan kehidupan atau sejarah diri patut dikenang bukan sekedar untuk orang lain tapi lebih dari itu untuk melakukan kontemplasi/perenungan terhadap kejadian...TA orang bilang Tugas Akhir, Tugas Angel, kata saya, menyita sebagian sejarah kehidupan yang tak patut kalau kita lupakan,...adakah di dalamnya melibatkan kehadiran Tuhan, atau menggantungkan pada kekuatan akal ciptaan Tuhan??...kisah TA pun bisa jadi renungan, saat keterbatasan, fisik, akal, kesendirian, ataupun finansial. Disana ada keterlibatan kawan, keterlibatan pembimbing, keterlibatan orang-orang yang secara tak langsung dilibatkan.Bahkan jangan diremehkan, doa-doa ayah ibu kita yang jauh dari rantauan, tanpa kita sadari kemurahan kasih sayang allah yang Maha rahman, justru datang sebab, tangisan malam, menahan lapar dan doa-doa ketulusan agar anaknya dimudahkan. Tetapi lebih dari itu semua itu dalam rahasia gemgangan Allah..yang telah memudahkan dan akhirnya bisa dengan izinnya terselesaikan....alhamdulillahirobbil 'alamin...
ReplyDeletewahhh.....gambarku kok iso nongol.di Travelogue??.ada paparazi nih.....pemilik lab uji bahan kok nggak nongol??..he hehee...
ReplyDeleteHehehe... Makasih Pak Munir, kalau nggak karena pertolongan Allah lewat Bapak, saya nggak tahu gimana bentuk TA saya.
ReplyDeleteSaya khan juga punya bakat Paparazzi.... Maunya masang foto bosnya lab Uji Bahan. Tapi sekalian foto Pak Bambang, tapi belum punya foto Pak Bambang, jadi nggak pakai foto bosnya Lab Uji Bahan dech....