Kembali lagi, aku
melanjutkan curhatku tentang Tugas Akhir. Ehmm… special request sebenernya.
Ngebosenin? I don’t care.:D
Kemarin aku udah ngeshare abstrak Gak Jelas-ku. Jadi
sekarang aku mau mengulas sedikit Tugas Akhir yang harus kuselesaikan dulu. Jadi,
sebagaimana kenyataan dan realita bahwa kelulusan Tugas Akhir adalah salah satu
persyaratan WISUDA, secara otomatis aku harus LULUS Sidang Tugas Akhir. Yeah…
evenif di program studi yang kuambil bobot sidang terberat adalah pada Tugas
Gambar sebagaimana posting sebelumnya, tapi Tugas Akhir juga penting. But, mulai dari tahun kemarin ada sedikit
perbedaan Tugas Akhir dengan sebelum-sebelumnya. Misalnya aja untuk Prodi
Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal yang kuambil, bedanya kaya gini:
1.
Tahun-tahun sebelumnya, waktu pengerjaan
dan sidang TA di Semester V. Sekarang Semester VI.
2.
Karena Semester VI ada tanggungan OJT
(On The Job Training), maka materi/bidang yang diambil adalah permasalahan yang
ditemukan dari tempat OJT yang (pastinya) relevan dengan bidang keilmuan kita.
(Aku khan bidangnya Naval Architecture :D)
3.
Sekarang nama kerennya Field Project.
Tapi kemarin aku masih pakai judul Tugas Akhir karena versi kerennya belum
disahkan.:D:D
4.
Karena bareng sama OJT dan HARUS
mengangkat permasalahan dari tempat OJT, kebayang donk gimana tantangannya.
Apalagi tempat OJT-nya ky gini.
Karena hal-hal yang
udah aku sebutin itu, maka ada beberapa kemudahan yang kita dapat yaitu….:
1.
Bobot TA, yang meliputi batasan masalah,
konsultasi dengan dosen pembimbing, proses sidang dan penilaian lebih ringan
dari sebelumnya.
2.
Waktu pengerjaan jadi lebih singkat.
Kebanyakan mahasiswa mulai ngerjain TA-nya abis OJT.
3.
Beberapa hal yang nggak bisa dituliskan
dengan kata-kata tapi bikin nilai jadi bagus.:D
Maaf saudara-saudara,
karena saya jarang menulis, maka dengan terpaksa saya membuat cerita saya jadi
curhatan panjang.:D
So… aku udah pernah
nulis belum ya kalo aku praktek di sebuah galangan di Surabaya. Ceritanya, abis
curhat sama Manager Engineering kalau kelompokku perlu beberapa permasalahan
untuk diangkat, kita dikasih beberapa ide. Dan ide yang kuambil bisa dibilang
cakupan ilmu yang harus dikuasai bidangku. Mulai dari desain, perhitungan
matematis dan –yang paling bikin mahasiswa prodiku males ambil bidang ini-
pengujian/analisa material.
Sedikit gambaran
tentang TA-ku, sebagaimana yang udah pernah kupajang di abstrak, ini adalah
tentang perencanaan penampang konstruksi penegar/stiffener agar didapatkan yang stiffener
paling ringan dengan modulus yang hampir sama. Sedangkan sampel stiffener yang aku gunakan adalah angle
bar (Profil L) tipe equal dan unequal, welded profile dan bending plate. BTW, sampelku sendiri penampangnya angle base, mirip-mirip huruf L gitu. Tipe kapal sebagai
pertimbangan desain adalah Landing Craft
Tank. Jadi ceritanya, dari perencanaan besar modulus stiffener yang dipakai
di kapal itu, dicari profil lain dengan modulus yang sama. But, tipe ato
dimensinya bisa beda. Goalnya, mendapatkan penampang dengan modulus yang
mendekati perencanaan awal, tapi lebih ringan dari yang direncanakan. Sehingga
analisa yang dipakai untuk menguji kelayakannya ada analisa matematis buat
ngitung modulusnya satu-satu, analisa harga termasuk harga JO dan
teman-temannya, analisa berat buat ngebandingin berat konstruksinya kalau udah
dipasang di kapal dan analisa kekerasan material termasuk analisa struktur
mikro-nya. Aku nulis kekerasan=hardness dan bukan violence. Both of them are
absolutely different. Hehehehehe…. Lebih kurang kaya gitu lah content-nya TA-ku.
Kalau dipikir-pikir,
namanya TA pasti pembimbingnya disesuaikan dengan bidang yang kita angkat donk.
Jadi mending aku ceritain gimana proses dapat pembimbing. Soalnya kalau di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (Kampusku), meskipun udah ada koordinator
yang mendistribusikan permasalahan yang diangkat mahasiswa ke dosen pembimbing,
khan lebih enak kalau dapat dosen pembimbing yang T-O-P-B-G-T dan nyambung sama
kita. BTW, aku udah pernah cerita khan kalo pembimbingku punya standar yang
tinggi, dan bisa dibilang lebih tinggi dibanding dosen-dosen lain, terutama
masalah kualitas penulisan TA. So… ini adalah step-by-step yang mungkin bisa kamu
jadiin inspirasi (kalau kamu kuliah di kampusku. Hehehe...):D
1. Ketemu calon dosen pembimbing
Semester
sebelumnya (Semester V kalau aku) aku udah ketemu sama salah satu dosen yang
mau kuminta jadi pembimbing. Setelah basa-basi bla bla bla dan bertanya
permasalahan apa yang beliau suka untuk dijadiin TA, disesuaikan dengan tempat
OJT-ku, trus aku curhat dech. Biar dikasih gambaran. Dari situ, aku bisa dapat
pencerahan tentang apa yang harus kulakukan nanti dan permasalahan yang bisa
kuangkat. Soalnya waktu itu aku juga masih blur gitu. Aku saranin jangan
memaksakan diri untuk milih dosen pembimbing yang gak membidangi TA kamu
meskipun kamu udah cocok banget sama beliau kaya bapak-anak.
2. Ngejalanin OJT
Aku
agak malas cerita kondisi di sana. Yang pasti, yah.. kamu pasti tahu. Itu
galangan kapal. Intinya di sana aku dapat pencerahan dari Manager Engineering
untuk mengangkat permasalahan yang kuceritain itu.
3. Bikin Proposal Tugas Akhir
Yeah…
standart process. Sebelum bikin buku harus bikin proposal biar koordinator dan
calon pembimbing ngerti maksud dari tema yang diambil. Gampang-gampang susah,
yang penting bahasanya jelas dan nggak muter-muter.
4. Ngirim Proposal Tugas Akhir ke
Calon Pembimbing
Ini
sebenarnya urutan yang gak seharusnya ada karena harusnya proposal langsung
dikirim ke koordinator ;D. Setelah sebelumnya menghubungi calon-calon
pembimbing dan menanyakan kesanggupan beliau, aku kirim dech proposalku ke
mereka. Waktu itu, biarpun rata-rata calon pembimbing menyatakan bersedia, tapi
ada yang gak menyarankan untuk melakukan uji material. Takut gak selesai
katanya. :D but, ada juga calon pembimbing yang gak keberatan kalau aku pakai
pengujian. Dan… dari beberapa calon pembimbing yang kukirimi proposal itu,
semuanya menyarankan untuk mencalonkan nama pembimbingku yang sekarang.:D Apa
cukup membingungkan? Maksudku, sebelum mengirim proposal ke Koordinator, aku
memastikan calon pembimbingku bersedia jadi pembimbing TA-ku nantinya. Why? The
reason was factor of lobbying.
5. Ngirim Proposal Tugas Akhir ke
Koordinator Tugas Akhir
Setelah
dosen yang kumaksud mau dicalonin jadi pembimbing, baru dech kukirimin
proposalnya ke Koordinator TA. Abis itu tinggal nunggu jawaban. Sekedar
informasi, proposalku mendapat jawaban paling lama, bahkan saking lamanya
sampai harus mengirim pesan personal untuk memastikan pembimbingku. Di sini,
yang sedikit-banyak berpengaruh adalah lobbying
:D. Soalnya, dosen pembimbingku udah bimbing buanyak mahasiswa. Hehehehe…
6. Ngerjain Tugas Akhir
Setelah
bersyukur berkali-kali, mengingat pembimbingku punya banyak fans dan
bimbingannya buanyak banget barulah aku bisa ngerjain Tugas Akhir.
-----to be continued….
pembimbing kok banyak fans-nya???? hems...kaya artis aja??? ...
ReplyDeleteyang sering terjadi pada TA itu kadang blm ada kesepahaman antara pembimbing dan anak bimmbinganya, sehingga yang terjadi penyelesaiannya TA nya agak terkendala...ada juga anak bimbing yg ngotot nggak mau ngikutin saran dosennya, tp ada jg dosen yg maksain kehendaknya..so yg baik emang harus bisa menjaga harmonisasi, saling memahami, saling memberi informasi...intinya konsultasi dan diskusi hrs sering dilakukan agar TA nya dpt terselesaikan...ni keluhan yg yg sering terdengar dr dosen pembimbing,"rhasia lho ni""...seringnya anak bimbing jarang konsultasi dan diskusi..tapi saat sdh hmpir batas sidang dimulai..segera mencari dosen pembimbingnya...nah itu tidak disuka oleh para dosen pembimbing....ya TA, konsultasi, diskusi,..selesai..enjoy aja lagi..he hehe
ReplyDeletemau tanya dong kak. dulu pas masih semester satu kakak udah mikirin TA atau belum ? trus kasih saran dong kapan waktu yang paling baik buat mulai menulis TA
ReplyDeleteregard
arek dc semester 1