Sebentar lagi aku wisuda. Kenapa ya, setiap
wisuda yang kelihatan wajah-wajah yang sumringah? Aku seniri, tidak tahu
kenapa, juga mau cepet-cepet wisuda. Padahal, kalau dipikirkan lebih lanjut,
setelah wisuda khan tanggung jawab lebih besar. Karena, umur udah tambah,
kedewasaan juga harusnya nambah, dan.... jenjang kehidupan yang harus kita
lalui setelah wisuda juga berbeda. Simple thing as example, kalau jaman masih
kuliah, uang abis, mau minta orang tua nggak seberapa malu. Tapi, kalau udah
lulus, dan melepas status sebagai mahasiswa, mau minta-minta ke orang tua lagi
khan juga malu.
Jadi, kenapa pada saat wisuda yang
kelihatan hanya kegembiraan? Apakah karena wisuda juga merupakan suatu
pengukuhan bahwa seseorang yang diwisuda itu, sudah siap untuk mengarungi
belantara kehidupan dengan sepenuhnya kemandirian dan tanggung jawab yang
dimiliki? Seseorang yang telah diwisuda, berarti melepaskan statusnya sebagai
mahasiswa. Dan berstatus sebagai.......... whatever you dream.
Atau, apakah karena seiring dengan
berakhirnya wisuda, maka berakhir juga perjuangan sebagai mahasiswa? Nggak ada
lagi asistensi, nggak ada kuis, nggak ada ujian, nggak ada tugas, bisa say good
bye sama dosen yang killer dan kita anggap nyebelin? Sehingga wisuda bisa jadi
sebuah perayaan kecil untuk sedikit kebebasan itu?
Lalu, bagaimana dengan persamaan ini:
Lulusan baru = pengangguran baru
Hmmm.... Mungkin aku bisa jadi bagian dari
itu.
Ada lagi pertanyaan aneh. Kenapa wisuda
selalu identik dengan foto-foto. Apakah karena baju toga selalu tampak aneh?
Atau baju toga membuat seseorang kelihatan fotogenic? Aku sendiri sudah
membayangkan, mau foto-foto dimana, dengan siapa saja, yang pasti dengan
cewek-cewek. Tapi aku nggak habis pikir,
kenapa wisuda selalu jadi saat-saa yang dinantikan?
Ngomong-ngomong, di antara sekian banyak
orang yang wisuda, adakah yang nggak pengen wisuda? Aadakah yang pengen balik
ke masa awal kuliah lagi? Entahlah. AKu juga nggak tahu.
Somehow, aku udah nggak sabar pengen balik
ke Surabaya.
tiap time frame waktu punya masalahnya endiri...
ReplyDeletemasalah kdg orang pengin lari darinya..tapi kdng org hrs mencarinya..masalh TA misalnya...ndak punya masalah ndak lulus jadinya...setelah lulus beda lg masalhnya..cari kerja...setelah kerja beda lg masalahnya..bahkan sampal ajal tibapun bukan berarti hbs masalh masalh baru saja dimulai untk time frame kehidupan yg berbeda...dan justru masalh terakhir kalo tdk sesuai dg acceptance criteria sang pencipta..direject jadinya...dan tak ada RC pula...
Ehem.. semoga bisa jadi the best IPK ya..
ReplyDeletePak Munir, hmm... memang semua harus difikirkan untuk jangka panjang ya Pak?utk masa depan yang lebih di depan.
ReplyDeleteKak Ipung, makasih ya doanya... kalau bisa y alhamdulillah, tapi bukan itu target saya. IPK tinggi cuma efek samping dari usaha aja. Bukan sesuatu yang menjadi tujuan saya.:)
ReplyDeleteBlognya bagus, ijin baca dulu
ReplyDeleteMakasih mas Victor...
ReplyDeletewah hebat itu..
ReplyDeletebener bgt kalo nilai bagus itu cuma efek samping..
efek samping yang bagus untuk bisa buat ortu tersenyum.. :) smangat
Kalau aku, saat berada dipuncak kejenuhan dalam pekerjaan, kadang aku membayangkan sewktu masih kuliah. Tapi realnya aku kan sudah 1 tahun wisuda. Kadang aku juga iri sama temen2 yang masih kuliah, mereka bisa bergurau sama temennya, pulang tiap minggu ato bulan ke kampung halaman.
ReplyDelete