Pages

Saturday, October 27, 2012

Idul Adha, Sebuah cerita

Posting di bawah ini aku buat pada malam takbir sebelum Idhul Adha, tanggal 25 Oktober 2012. Tapi, sebelum sempat aku selesaikan, tiba-tiba ada klien datang dan ngajak rapat. Bayangin, jam 19.00 WIB ngajak rapat. Mudah-mudahan mereka besoknya lebaran. So, let's read my late posting bellow:




Ini tulisanku setelah lama banget nggak online, bikin blog jadi sarang nyamuk dalam kondisi mati suri tapi entah kenapa viewernya nambah terus. Ngomong-ngomong, besok adalah Hari Raya Idul Adha. Ngomong-ngomong tentang Idul Adha, aku nemu sebuah artikel:
Bulan ini merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Gambarnya dari sini

Jadi, besok Idul Adha. Kalau menurut info yang kudapat, kalau di daerah Madura Idul Adha lebih ramai daripada Idul Fitri. Bener ato gak, entahlah. Aku nggak pernah kesana. Intinya, pasti banyak orang yang mempersiapkan diri dari malam sebelumnya untuk Idul Adha besok. BTW....Apa jadwal Lebaran kamu? Dan apa pula jadwal ‘Iedul Adha kamu? Dari berbagai jawaban yang mungkin kamu sampaikan, aku tidak yakin kalau menghabiskan malam takbir di kantor adalah salah satunya. Well Guys, mungkin aku belum pernah bercerita tentang pekerjaanku. Soalnya, aku belum berminat untuk cerita gitu. Intinya, aku hampir tidak pernah bekerja dengan waktu kurang dari 12 jam sehari. Sebenarnya jam kerja normal sich, 8 jam juga. Tapi masalahnya aku nggak pernah nggak overtime. Orang bilang tuntutan profesi, profesionalisme kerja, apapun bahasanya I don’t care. Intinya, besok Hari Raya Idul Adha. Hari Raya = Lebaran. Lebaran identik dengan malam takbir dan berkumpul bareng keluarga.
Hmmm... apa kamu pernah merasakan malam takbir tidak bersama keluargamu? Sebenarnya, Idul Fitri kemarin aku juga nggak di kampung sich. Tapi dari beberapa hari sebelumnya sampai malam takbir dan Shalat Ied aku udah di rumah om/tante yang berarti juga keluargaku. So, biarpun lebaran kemarin aku nggak di kampung, at least aku masih lebaran dan shalat bareng keluarga.
Besok? Nggak yakin dech. Kalau malam ini aja aku takbiran di office, berteman Memorandum of Agreement  and The Addenda, berarti besok juga nggak shalat bareng keluarga.
Seumur-umur, baru sekarang aku merayakan Iedul Adha tanpa keluarga. Rasanya, seperti apa ya? Manis, asem, asin, atau nano-nano? Bingung aku nerjemahinnya. Ada suatu kerinduan yang besar, saat acara lebaran bareng keluarga dulu kau anggap biasa saja, tiba-tiba sekarang menjadi suatu hal yang benar-benar kau inginkan. Gimana kabar orang tua, gimana kabar adikku, ibuku masak apa, dan lain-lain.
Bahkan sekarang, ketika tulisan ini kubuat, aku masih berkutat dengan pekerjaanku di depan PC. Kalau jam segini orang ngelembur sambil buka FB, aku sambil nulis di blog-ku aja.
Back to my post, sebelum Hari Raya, kalian pasti udah tahu kalau kita orang muslim, dianjurkan berpuasa. Ada sebuah Hadist, Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Mungkin aku tidak bisa bertemu keluarga yang di kampung, shalat nggak bareng keluarga di Jakarta. Somehow, setidaknya masih ada hal baik yang bisa dikerjakan. Bukankah Allah berfirman Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lah yang lebih baik baginya.” (Qs. al-Baqarah: 184).
Read more...

Pencopet

PICKPOCKET
Let's talk about pickpocket or "pencopet" in Bahasa.
gambar diambil dari sini

Ngomong-ngomong tentang pencopet, adakah yang pernah kecopetan? Well guys, aku baru saja mengalaminya. Kapan? tadi pagi tepatnya. Kenapa aku tahu? karena begitu turun dari Kopaja P20, aku langsung mengecek isi tasku dan aku baru tahu kalau ternyata dompetku menghilang dari list isi tas punggungku.

Have you ever thought how did I feel? Absolutely GALAU!!!!!!
Well guys, let's forget the money even it was too much for me. Ada barang penting such as KTP, SIM, ATM, ASKES, and so on yang ikut raib. But, kebetulan di dekat tempatku turun ada Pak Polisi yang kebetulan juga, cukup baik untuk nganter ke Kantor Polisi dan bikin laporan kehilangan. Yah... emang sich mereka gak akan ngapa-ngapain. Maksudku nggak ngapa-ngapain itu, they never do something better than say sorry because I'm still live in Indonesia. Do you think so? I think yes.

Tapi sebagaimana yang dikatakan orang bijak, yang lalu biarlah berlalu. Semua 'kan ada hikmahnya. Sejujurnya aku percaya kata-kata itu, meskipun pada prakteknya agak sulit untuk dijalankan. However, I always try. Karena yang harus dilakukan adalah ikhlaskan saja.... Dan ngomong-ngomong tentang mengikhlaskan, jika sesuatu yang tidak menyenangkan dianggap sebagai musibah, Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa sebagaimana diriwayatkan Muslim:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اَللَّهُمَّ أُجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
 yang artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali (di hari Kiamat). Ya Allah! Berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku).”
Jadi, kalau orang seenaknya ngambil barang orang, bikin orang kerepotan, kepikiran, sedih, shock dan teman-temannya,  kaya' nggak ngerti rasanya lembur sampai malam, semua bisa diikhlaskan. Bukankah seseorang tidak akan diuji melebihi kemampuannya? dan, ketika seseorang diuji dengan kehilangan, kemudian mereka ikhlas, bukankah akan ada ganti yang lebih baik? Dan tentang pencopet itu, kata seorang teman anggap saja amal. Yah... mungkin dia memang membutuhkan. 

And for all of you guys, be careful on the way. Hopefully it was my first and my last to become a pickpocket victim. Begitulah belantara kota. Bikin nggak kerasan, tapi profesionalisme dan etika adalah hal yang harus dijunjung tinggi. This is the reason I'm still here.
Read more...