Pages

Saturday, December 26, 2009

Cara pencekaman benda

MESIN BUBUT

Dalam praktikum Proses Produksi saya mendapatkan 7 modul, ini adalah modul ketiga, yaitu mesin bubut. Isinya dapat dilihat berikut ini….

bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum Proses Produksi yang di sususn oleh tin asisten praktikum Proses Produksi.

3.1. Tujuan

Mempelajari proses pengerjaan logam melalui pemotongan dengan menggunakan mesin perkakas yaitu mesin bubut.

3.2. Dasar Teori

Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang memproduksi bentuk silindris. Jenis yang paling tua dan paling umum adalah pembubut (lathe) yang melepas bahan dengan memutar benda kerja terhadap pemotong mata tunggal. Suku cadang di mesin harus dapat dipegang diantara kedua pusatnya, dipasangkan pada plat muka didukung pada pencekam rahang atau dipegang pada pencekam yang ditarik ke dalam atau leher collet).

Meskipun mesin ini terutama disesuaikan dengan pengerjaan silindris, namun dapat juga dipakai untuk beberapa kepentingan lain. Permukaan rata dapat dicapai dengan menyangga benda kerja pada plat muka atau ke dalam pencekam. Benda kerja yang dipegang dengan cara ini dapat juga diberi pusat, digurdi, dibor atau dilebarkan lubangnya. Sebagai tambahan, pembubut dapat digunakan untuk membuat kenob, memotong ulir atau membuat tirus. Pembubut berkepala roda gigi mendapatkan dayanya pada kepala tetap melalui sabuk V banyak yang dipasang pada motor di bawah. Untuk itu hanya perlu menggerakkan tuas yang menjulur pada kotak roda gigi. Rakitan kereta luncur mencakup perletakan majemuk, sadel pahat dan apron. Oleh karena mendukung dan memandu pahat pemotong, maka harus kaku dan dirancang dengan ketepatan tinggi. Tersedia dua hantaran tangan untuk memandu pahat pada gerakan arah menyilang. Roda tangan yang atas atau engkol tangan mengendalikan gerakan dari perlengkapan majemuk dan karena perletakannya dilengkapi dengan busur derajat penyetel putaran, maka dapat ditempatkan dalam berbagai kedudukan sudut untuk membubut tirus pendek. Roda tangan yang ketiga digunakan untuk menggerakkan kereta luncur di sepanjang landasan, biasanya untuk menarik kembali ke kedudukan semula setelah ulir pengarah membawanya sepanjang pemotongan.

Bagian dari kereta luncur yang menjulur di depan dari pembubut disebut apron, yaitu merupakan dinding ganda dicor yang berisi kendali, roda gigi dan mekanisme lain untuk menghantar kereta luncur dan peluncur menyilang dengan tangan atau daya. Pada permukaan apron dipasangkan berbagai tuas kendali dan roda. Pembubutan dilakukan untuk menghasilkan bagian-bagian yang bundar, benda kerja diputar pada sumbunya di mesin bubut ke arah sudut potong dari pahat potong sehingga akan dihasilkan geram. Proses ini disebut dengan Turning Operation.

Semua benda kerja hasil pembubutan merupakan bagian-bagian mesin, jig dan fixture, dan cekam.

Benda-benda tersebut dibuat dari bahan yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhannya, dan dapat memiliki kualitas yang tidak sama satu sama lain.

3.2.1. Pengelompokan mesin bubut

Pembagian mesin bubut berdasarkan kemampuan pengerjaan dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yaitu:

a. Mesin Bubut Ringan

Mesin ini bentuknya kecil dan sederhana, digunakan untuk mengerjakan benda-benda yang kecil pula.

Biasanya diletakkan diatas meja kerja.

Contoh : Mesin bubut Simonet.

b. Mesin Bubut Revolver

Mesin ini khusus untuk memproduksi benda kerja yang ukurannya sama dan dalam jumlah yang banyak atau untuk pengerjaan awal.

Contoh : Mesin bubut Kapstan.

c. Mesin Bubut Sedang

Konstruksi mesin bubut ini lebih cermat dan dilengkapi dengan penggabungan perlengkapan yang khusus. Mesin ini digunakan untuk pengerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi.

d. Mesin Bubut Standart

Mesin ini mempunyai power yang lebih besar dan digunakan untuk pengerjaan pembubutan yang memerlukan ketelitian tinggi dengan benda kerja yang cukup besar.

Contoh : Cholcester Master dan Kerry.

e. Mesin Bubut Beralas Panjang

Mesin bubut ini termasuk mesin bubut industri berat yang banyak digunakan pada benda kerja yang besar dan panjang. Misalnya poros-poros kapal dan poros transmisi.

3.2.2. Gerakan-gerakan dalam membubut

Dalam pengerjaan mesin bubut dikenal beberapa prinsip gerakan yaitu :

a. Gerakan berputar benda kerja pada sumbunya disebut “cutting motion, main motion”, artinya putaran utama. Dan cutting speed atau kecepatan potong merupakan gerakan untuk mengurangi benda kerja dengan pahat.

b. Pahat yang bergerak maju secara teratur, akan menghasilkan “chip” (geram, serpih, tatal).Gerakan tadi disebut “feed motion”.

c. Bila pahat dipasang dengan dalam pemotongan (“depth of cutting”), pahat dimajukan ke arah melintang sampai kedalaman pemotongan yang dikehendaki. Gerakan ini disebut “adjusting motion”.

3.2.3. Pengerjaan pada mesin bubut

Adapun macam pengerjaan yang dapat dilakukan pada mesin bubut adalah :

a. Membubut memanjang (longitudinal)

Saat membubut memanjang, pahat digerakkan sejajar sumbu putar benda kerja sehingga dihasilkan bentuk silinder.

b. Membubut melintang (transversal)

Pahat bergerak tegak lurus terhadap sumbu putar benda kerja sehingga bahan terpotong menjadi dua bagian atau meratakan dari sisi benda kerja.

c. Membubut tirus / membubut konus

Pada waktu membubut tirus, pahat terlebih dulu diputar beberapa derajat, dengan demikian dihasilkan bentuk silinder tirus.

d. Membubut ulir

Pada waktu membubut ulir, pahat digerakkan dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Pada waktu bergerak ke kiri pahat melakukan pemotongan, sedangkan pada saat kembali tidak melakukan pemotongan.

e. Membubut profil

Dipergunakan pahat khusus untuk membuat profile dengan gerakan pahat tegak lurus sumbu putar dari benda kerja.

3.2.4. Peralatan dan mesin yang digunakan

Bagian-bagian mesin bubut :

a. Kepala tetap (head stock)

Digunakan untuk kedudukan cekam, bisa juga untuk perlengkapan-perlengkapan lain misalnya centre tetap (dead centre), face plate, colet dan lain-lain.

b. Kepala lepas (tail stock)

Digunakan untuk menempatkan centre jalan (live centre), untuk menyangga benda kerja yang panjang, untuk kedudukan chuck bor (drill chuck), untuk kedudukan reamer, bisa juga untuk proses pembuatan tirus.

c. Eretan atas

Digunakan untuk kedudukan “tool holder”, bisa juga untuk proses pembuatan tirus.

d. Eretan lintang (cross slide)

Berfungsi untuk proses pemotongan melintang, baik untuk pemotongan benda kerja maupun proses facing (transfersal turning).

e. Eretan memanjang

Berfungsi untuk penyayatan memanjang (longitudinal turning).

f. Bed mesin

Berfungsi untuk tempat kedudukan pembawa (carried).

g. Sumbu pengatur jarak kisar (lead screw)

Berfungsi untuk proses pembuatan ulir (threading turning).

h. Sumbu pengatur gerak maju pemotongan (feed shaft)

Berfungsi untuk menggerakkan pahat secara otomatis baik memanjang maupun melintang.

Pahat bubut digunakan untuk mengurangi benda kerja. Pahat ini terbuat dari unalloyed tool steel, alloy tool steel, cemented carbide, diamond tips, ceramic cutting material. Umurnya tergantung dari jenis bahan dasar pahat, bentuk sisi potong, dan pengasahannya.

a. Sifat-sifat dasar pahat bubut

(1) Keras

(2) Ulet

(3) Tahan panas

(4) Tahan lama

b. Macam-macam pahat bubut

Untuk setiap jenis pengerjaan diperlukan pahat yang tepat. Oleh sebab itu harus dipilih pahat roughing, finishing, boring, thread cutting, dan sebagainya. Kebanyakan pahat bubut sudah distandarisasikan.

(1) Pahat roughing (roughing tool).

Selama pengerjaan kasar, pahat harus memotong benda dalam waktu sesingkat mungkin. Oleh sebab itu pahat ini harus dibuat kuat. Bentuknya dapat lurus atau bengkok.

(2) Pahat finishing (finishing tool).

Permukaan yang halus dari benda kerja akan diperoleh jika menggunakan pahat finishing. Untuk keperluan ini dipergunakan pahat finishing titik dengan sisi potong bulat dan pahat finishing datar dengan sisi potong rata. Setelah digerinda, sisi potong pahat finishing harus digosok dengan oil stone secara hati-hati, kalau tidak permukaan benda kerja tidak akan halus.

c. Perawatan pahat bubut

Pahat bubut harus disimpan sedemikian rupa sehingga sisi potongnya tidak mudah rusak. Sisi potong yang tumpul menyebabkan getaran yang besar, sehingga menyebabkan panas dan permukaan yang kasar. Oleh sebab itu janganlah menunggu sampai sisi potong tumpul.

d. Cara memasang pahat bubut

Selama pengerjaan, pahat ditekan oleh tenaga potong (cutting force). Besarnya tenaga ini tergantung dari besarnya benda kerja dan ukuran penampang chip. Dengan memasang pahat pada baut pengunci (clamping bolt), terjadilah getaran yang kuat di antara permukaan penyangga pahat dengan penjepit pahat. Getaran tersebut menyebabkan pahat bergerak. Untuk menghindari bergesernya pahat selama pengerjaan, pahat harus dipegang dengan kuat dan aman. Untuk pemasangan pahat dapat digunakan pelat-pelat tipis sebagai “ganjal”.

Alat ukur digunakan untuk mengukur benda kerja yang akan dikerjakan. Alat ukur yang tersedia antara lain:

a. Vernier Caliper

b. Mikrometerc.

c. Rollmeter

3.2.5. Kecepatan potong

Untuk menentukan kecepatan potong, hal-hal berikut ini harus diperhatikan:

a. Bahan dasar dari benda kerja

b. Bahan dari pahat

c. Penampang dari chip

d. Pendingin

e. Macam mesin bubut

Benda kerja yang besar biasanya sukar dipegang, maka harus digunakan kecepatan potong yang sesuai. Jenis pengerjaannya pun harus dipertimbangkan.

3.3. Alat dan Bahan

a. Stopwatch

b. kaliper

c. Center drill

d. Kunci pahat

e. Kacamata

f. Sikat

g. snei

3.4. Cara Kerja

a. Menyiapkan lembar kerja.

b. Mengukur diameter awal benda kerja dengan menggunakan kaliper.

c. Memasang benda kerja pada chuck mesin bubut, periksa sehingga benar-benar center. Sisi lainnya ditumpukan pada tail stock.

d. Memasang pahat pada rumah pahat dan mengatur tinggi ujung pahat terhadap sumbu benda kerja.

e. Pahat potong ditempelkan pada benda kerja dan posisi skala diatur pada posisi nol.

f. Mengatur kedalaman potong.

g. Mengatur kecepatan putaran mesin dan kecepatan pemotongan.

h. Jika pemasangan benda kerja pahat sudah betul, menghidupkan mesin dengan menekan tombol hijau dan pembubutan mulai berlangsung.

i. Pembubutan dilakukan untuk membubut benda kerja

j. Jika sudah selesai mesin dimatikan

k. Setelah benda selesai proses pembubutan, maka yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan ulir, pembuatan ulir menggunakan snei

l. Dengan benda masih benda tercekam pada spindle, pasang snei pada benda kerja dibagian yang akan dibuat ulir.

m. Dengan bantuan center drill supaya snei tidak bergerak kemana- mana, maka snei mulai untuk diputar hingga terbentuk ulir yang diinginkan

n. Setelah selesai membuat ulir maka dilakukan proses facing pada sisi satunya,supaya tepian benda kerja tidak tajam

o. Setelah selesai difacing, benda kerja dilepas dari spindle

p. Setelah selesai semua maka mesin bubut mulai untuk dibersihkan

Read more...

Tuesday, November 24, 2009

Toleransi umat beragama

oleh KH. Ihya’ Ulumuddin PP Al-Haromain Pujon, Malang
Manusia diciptakan Allah Subhanahu wata’ala bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal di antara sesama. Perbedaan di antara manusia adalah sunnatullah yang harus selalu dipupuk untuk kemaslahatan bersama. Perbedaan tidak melahirkan dan menebarkan kebencian dan permusuhan. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (QS. Al Hujurat; 13).

Saling Menghormati Sesama
Sebagai makhluk sosial manusia mutlak membutuhkan sesamanya dan lingkungan sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia. Tidak ada satu pun manusia yang mampu bertahan hidup dengan tanpa memperoleh bantuan dari lingkungan dan sesamanya.

Dalam konteks ini, manusia harus selalu menjaga hubungan antar sesama dengan sebaik-baiknya, tak terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama, atau yang lazim disebut dengan istilah toleransi beragama.

Toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan agama masing-masing. Ummat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dalam aspek ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya. Dalam sejarah pun, Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam telah memberi teladan mengenai bagaimana hidup bersama dalam keberagaman. Dari Sahabat Abdullah ibn Amr, sesungguhnya dia menyembelih seekor kambing. Dia berkata, “Apakah kalian sudah memberikan hadiah (daging sembelihan) kepada tetanggaku yang beragama Yahudi? Karena aku mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga, sampai aku menyangka beliau akan mewariskannya kepadaku.” (HR. Abu Dawud). Sesungguhnya ketika (serombongan orang membawa) jenazah melintas di depan Rasulullah, maka beliau berdiri. Para Sahabat bertanya, “Sesungguhnya ia adalah jenazah orang Yahudi wahai Nabi?” Beliau menjawab, “Bukankah dia juga jiwa (manusia)?” (HR. Imam Bukhari). Sesungguhnya Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam berhutang makanan dari orang Yahudi dan beliau menggadaikan pakian besi kepadanya.” (HR. Imam Bukhari).

Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Dalam soal beragama, Islam tidak mengenal konsep pemaksaan beragama. Setiap diri individu diberi kelonggaran sepenuhnya untuk memeluk agama tertentu dengan kesadarannya sendiri, tanpa intimidasi.

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yunus; 99-100). Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al Kahfi; 29)

Persoalan keyakinan atau beragama adalah terpulang kepada hak pilih orang per orang, masing-masing individu, sebab Allah Subhanahu wata’ala sendiri telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya. Manusia oleh Allah Subhanahu wata’ala diberi peluang untuk menimbang secara bijak dan kritis antara memilih Islam atau kufur dengan segala resikonya. Meski demikian, Islam tidak kurang-kurangnya memberi peringatan dan menyampaikan ajakan agar manusia itu mau beriman

Dalam sebuah Hadits, riwayat Ibnu Abbas, seorang lelaki dari sahabat Anshar datang kepada Nabi, meminta izin untuk memaksa dua anaknya yang beragama Nasrani agar beralih menjadi muslim. Apa jawab Nabi? Beliau menolak permintaan itu, sambil membacakan ayat yang melarang pemaksaan seseorang dalam beragama, yaitu Surah Al-Baqarah: 256:”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah; 256)

Dalam Aqidah Tidak Ada Toleransi
Jika dalam aspek sosial kemasyarakatan semangat toleransi menjadi sebuah anjuran, ummat Islam boleh saling tolong menolong, bekerja sama dan saling menghormati dengan orang-orang non Islam, tetapi dalam soal aqidah sama sekali tidak dibenarkan adanya toleransi antara ummat Islam dengan orang-orang non Islam.

Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tatkala diajak ber-toleransi dalam masalah aqidah, bahwa pihak kaum Muslimin mengikuti ibadah orang-orang kafir dan sebaliknya, orang-orang kafir juga mengikuti ibadah kaum Muslimin, secara tegas Rasulullah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk menolak tawaran yang ingin menghancurkan prinsip dasar Aqidah Islamiyah itu. Allah Ta’ala berfirman: Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al Kafirun; 1-6).

Dalam setiap melaksanakan sholat, sebenarnya ummat Islam telah diajarkan untuk selalu berpegang teguh terhadap aqidah Islamiyah dan jangan sampai keyakinan ummat Islam itu sedikit pun dirasuki oleh virus syirik, yaitu dengan membaca: “Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada yang menyekutui-Nya. Oleh karena itu aku diperintah dan aku termasuk orang-orang Islam.”

Kebenaran Islam sebagai satu-satunya agama yang sah harus selalu diyakini oleh kaum Muslimin dengan kadar keimanan yang teguh. Sama sekali tidak dibenarkan bahwa masing-masing agama memiliki kebenaran yang relatif, sebagaimana yang sekarang sedang digembar-gemborkan oleh kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) dan telah banyak merasuki jiwa generasi muda Islam. Bukankah Allah Subhanahu wata’ala telah menandaskan: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran; 85).

Siapa yang menginginkan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan akhirat, tidak ada jalan kecuali beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan beribadah kepada-Nya. Kemuliaan itu tidak bisa dicapai dengan menyembah selain Allah Ta’ala. Kemuliaan hanya milik Allah semata. “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (Fatir; 10).

Seputar Natalan dan Doa Lintas Agama
Kekuatan musuh-musuh Islam terus bergerak aktif untuk melemahkan aqidah dan keyakinan generasi muda Islam. Melalui propagandanya yang dikemas dengan sangat rapi, mereka berusaha menciptakan keraguan dalam keyakinan ummat Islam. Batasan-batasan aqidah Islamiyah yang sedari awal telah begitu jelas dan nyata, antara yang hitam dan putih, antara yang haq dan batil, antara keimanan dan kekufuran, direduksi oleh mereka menjadi abu-abu dan remeng-remeng (tidak jelas).

Salah satu hal yang status hukumnya dibuat mereka menjadi kabur dan remeng-remeng bahkan dirubah total adalah masalah seputar natalan dan mengucapkan selamat natal kepada orang-orang Kristen.

Mengucapkan selamat natal itu sebenarnya punya makna yang mendalam dari sekadar basa-basi antar agama. Karena setiap upacara dan perayaan tiap agama memiliki nilai sakral dan berkaitan dengan kepercayaan dan akidah masing-masing. Oleh sebab itu masalah mengucapkan selamat kepada penganut agama lain tidak sesedarhana yang dibayangkan. Sama tidak sederhananya bila seorang mengucapkan dua kalimat syahadat. Betapa dua kalimat Syahadat itu memiliki makna yang sangat mendalam dan konsekuensi hukum yang tidak sederhana. Termasuk hingga masalah warisan, hubungan suami istri, status anak dan seterusnya. Padahal hanya dua penggal kalimat yang siapa pun mudah mengucapkannya.

Demikian pula pengucapan tahni`ah (ucapan selamat) natal kepada Nashrani juga memiliki implikasi hukum yang tidak sederhana. Memang benar bahwa kaum muslimin menghormati dan menghargai kepercayaan agama lain bahkan melindungi mereka yang zimmi. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah manakah batasan hormat dan ridha dalam masalah ini. Antara hormat dan ridha jelas tidak sama. Ridha adalah suatu hal dan ridha adalah yang lain.

Kita memang harus menghormati Nasrani karena memang hal itu merupakan kewajiban. Hak-hak mereka kita penuhi karena
itu kewajiban. Tapi memberi ucapan selamat, ini mempunyai makna ridha, artinya kita rela dan mengakui apa yang mereka yakini. Ini sudah jelas masuk masalah akidah. Dan inilah yang namanya batasan yang jelas yang tidak boleh sekali-kali dikaburkan.

Bila kita tidak mengucapkan selamat natal bukan berarti kita tidak ingin adanya persaudaraan dan perdamaian antar penganut agama. Bahkan sebenarnya tidak perlu lagi umat Islam ini diajari tentang toleransi dan kerukunan. Adanya orang Nasrani di Republik ini dan bisa beribadah dengan tenang selama ratusan tahun adalah bukti kongkrit bahwa umat Islam menghormati mereka. Toh mereka bisa hidup tenang tanpa kesulitan. Bandingkan dengan negeri di mana umat Islam menjadi kelompok minoritas. Bagaimana ummat Islam diteror, dipaksa, dipersulit, diganggu dan dianiaya. Dan fakta-fakta itu bukan isapan jempol. Hal itu terjadi dimana pun umat Islam yang minoritas, baik Eropa, Amerika, Australia dan sebagainya.

Walhasil, tidak mengucapkan selamat natal itu justru toleransi dan saling menghormati akidah masing-masing. Dan sebaliknya, saling memberi ucapan selamat justru menginjak-injak akidah masing-masing karena secara sadar kita melecehkan akidah yang kita anut.

Demikian pula halnya dengan doa bersama lintas agama yang akhir-akhir ini juga makin marak. Bahwa toleransi yang ditolelir adalah bentuk toleransi dalam wilayah sosial kemasyarakatan. Berdoa sejatinya bukan masalah sosial, melainkan justru merupakan intisari sebuah ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda Nabi: Rasulullah bersabda, “Doa adalah intisari ibadah.” (HR. Imam Tirmidzi).

Orang yang berdoa kepada Tuhannya, pasti dia meyakini bahwa Tuhannya adalah yang haq dan yang bisa mengabulkan permintaannya. Jadi, jika dalam forum doa bersama itu seorang Nasrani berdoa menurut keyakinannya dan orang Islam meng-amininya itu sama halnya orang Islam tersebut telah meyakini kepercayaan orang Nasrani, begitu juga sebaliknya. Wallahu a’lam bish showab.

* Penulis adalah pengasuh PP. al-Haromain Pujon, Malang, Jatim
Beliau alumni Sayyid al-Maliki Makkah, dan PP. Langitan Tuban
Read more...

Friday, November 20, 2009

macam-macam ulir

Hal umum tentang Ulir
Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah selinder, seperti yang diperlihatkan dalam gambar 1.1. Dalam pemakaian, ulir selalu bekerja dalam pasangan antara ulir luar dan ulir dalam, seperti gambar 1.2 . ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang berbentuk segitiga sama kaki. Jarak antara satu puncak dengan puncak berikutnya dari profil ulir disebut jarak bagi.

Ulir disebut tunggal atau satu jalur yang melilit selinder dan disebut dua atau tiga jalan bila ada dua atau tiga jalur ( gbr 1.3 ) jarak antara puncak- puncak yang berbeda satu putaran dari satu jalur, disebut kisar. Jadi, kisar pada ulir tunggal adalah sama dengan jarak baginya, sedangkan untuk ulir ganda dan tripel, besarnya kisar berturut-turut sama dengan dua kali dan tiga kali jarak baginya.
Ulir juga dapat berupa ukir kanan dan ulir kiri, dimana ulir kanan akan bergerak maju bila diputar searah jarum jam, seperti diperlihatkan dalam gambar 1.4 umumnya ulir kanan lebih banyak dipakai
Penggolongan ulir menurut jenis kelas , bahan, dan fungsinya, akan diuraikan seperti dibawah ini :

1 Jenis Ulir

Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga, persegi, trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji, pada umumnya dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir segitiga
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :
1.seri ulir kasar metris ( tabel 1.1 )
2.seri ulir kasar UNG ( Tabel 1.2 )
3.seri ulir lembut simetris
4.seri ulir lembut UNF

Seri ulir lembut lebih UNEF
Seri ulir kasar dipakai untuk keperuan umum, seperti baut dan mur . seri ulir lembut mempunyai jarak bagi yang kecil dan dipergunalan pada bagian –bagian yang tipis serta untuk keadaan di mana getaran besar ( karena ulir lembut tidak mudah kendor sendiri ). Ulir seri UNC, UNF dan UNEF merupakan gabungan antara standar amerika dan inggris. Dalam gambar 1.5 diperlihatkan perbandingan ulir kasar dan ulir lembut dengan diameter luar yang sama .
Ada juga ulir pipa yang dipakai untuk menyambung pipa dan bagian-bagiannya. Termasuk dalam golongan ini adalah ulir lurus yang dipakai untuk mengikat dan ulir kerucut atau tirus untuk sambungan yang harus rapat. Ulir ini mempunyai jarak bagi dan tinggi ulir yang lebih kecil dari pada ulir kasar
Selain ulir – ulir diatas, ada juga ulir untuk pemakaian seperti pada sepeda, mesin jahit, dan pipa halus, yang telah distandarkan

2. kelas Ulir

Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3
Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk ulir luar .
Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam standar amerika adalah 3A atau 3B .
Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan,
Misalnya ulir dalam dari
Lubang yang panjang
3. Bahan ulir

Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik adalah 1/10 (σγ/σB )
Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.
4. Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk pemakaian khusus , sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah ini :
Baut penjepit gambar 1.6 , dapat berbentuk :
a.Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan dengan sebua mur
b.Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada salah satu bagian .
c.baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir, dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

Baut untuk pemakaian khusus ( gbr 1.7 ) dapat berupa :
baut pondasi, untuk memasang mesin atau bangunan pada pondasinya .
baut ini ditanam pada pondasi beton,dan jepitan pada bagia mesin atau bangunan diketatkan dengan mur .
b. Baut penahan , untuk menahan dua bagian dalam jarak yang tetap.
c. Baut kereta , banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian persegi dibawah kepala dimasukkan kedalam lubang persegi yang pas sehingga baut ikut berputar pada waktu mur diketatkan atau dilepaskan.
f. Disamping baut khusus yang telah disebut diatas, masih banyak jenis yang lain. Tetapi disini akan dikemukakan semuanya .

Sekrup mesin ( ganbar 1.8 )
Sekrup ini mempunyai diameter sampai 8 mm dan untuk pemakaian dimana tidak ada beban besar . kepalanya mempunyai alur lurus atau alur silang untuk dapat dikeraskan dengan obeng.

sekrup penetap (gambar 7.9)

sekrup ini dipakai untuk menetapkan naf pada poros, atau dipakai sebagai pengganti pasak. Biasanya dibuat dari baja yang ujungnya dikeraskan.

( a ) Bentuk kepala ( b ) dalam keadaan terpasang 

5 sekrup pengetap
sekrup ini mempunyai ujung yang dikeraskan sehingga dapat mengetap lubang plat tipis atau bahan yang lunak pada waktu diputar masuk.
6 mur (gambar 7.10)
pada umumnya mur mempunyai bentuk segi enam. Tetapi bentuk pemakaian khusus dapat dipakai mur dengan bentuk yang ber macam-macam, seperti mur bulat,mur flens,mur tutup, mur mahkota, dan mur kuping.

7.2 Pemilihan Baut Dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sngat penting. Untuk mencegah kecelakaan pada mesin, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Dalam gambar,7,11 diperlihatkan macam-macam kerusakan yang dapat tejadi pada baut.

Untuk menentukan ukuran baut dan, mur, sebagai faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian, dll.
Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa :
bebean statis aksial murni.
Beban aksial, bersama dengan beban puntir.
Beban geser
Beban tumbukan aksial.
Pertam-tama akan di tinjau kasus dengan pembebanan aksial murni. Dalam hal ini, persamaan yang berlaku adalah
σ_t=W/A=W/((π/4)〖d_1^2〗^ ) (7.1)

Dimana W (kg) adalah beban tarik pada baut, σt adalah tegangan tarik yang terjadi dibagian yang berulir pada diameter inti d1 (mm). Pada sekrup atau baut yang mempunyai diameter luar d≥ 3(mm), umumnya besar diameter inti d1=0,8 d, sehingga (d1/d)2= 0,64.jika σa (mm2)adalah tegangan yang diizinkan, maka
σ_t=W/((π/4)(0,8d)^2 ) (7.2)

Dari persamaan (7.1)dan (7.2) diperoleh
d≥√(4W/(πσ_(α ) x 0,64)) atau d≥√(2w/σ_a ) (7.3)
Harga σa tergantung pada macam bahan, yaitu SS,SC, atau SF. Jika difinis tinggi, faktor keamanan dapat diambil sebesar 6-8, dan jika difinis biasa, besarnya antara 8-10. Untuk baja liat yang mempunyai kadar karbon 0,2-30,3(%),tegangan yang di izinkan σa umumnya adalah sebesar 6(kg/mm2) jika difinisi tinggi, dan 4,8 (kg/mm2) jika difinisi biasa.
Dalam hal mur, jika tinggi profil yang bekerja menahan gaya adalah h (mm), seperti dalam gambar 7.12, jumlah lilitan ulir adalah z, diameter efektif ulir luar d2, dan gaya-gaya tarik pada baut W (kg), maka besarnya tekanan kontak pada permukaan ulir q (kg/mm2)
adalah
q=w/(πd_2 hz)≤q_a (7.4)

Dimana qa adalah tekanan kontak yang di izinkan, dan besarnya tergantung pada kelas ketelitian dan kekerasan permukaan ulir seperti diberikan dalam tabel 7,4. jika persyaratan dalam persamaan (7.4) tersebut terpenuhi, maka ulir tidak akan menjadi lumur atau dol. Ulir yang baik mempunyai harga h palin sedikit 75(%) dari kedalaman ulir penuh; ulir biasa, mempunyai h sekitar 50(%) dari kedalaman penuhnya.
Jumlah ulir z dan tinggi mur h(mm) dapat di hitung dari persamaan

z≥w/(πd_2 hq_0) (7.5)
H = zp,p = jarak bagi (7.6)
Menurut standar : H= (0,85-0,1)d (7.7)

Dalam gambar 7.13 diperlihatkan bahwa gaya w juga akan menimbulkan tegangan geser pada luas bidang silinder (πd1.k.p.z) dimana k.p adalah tebal akar ulir luar.

τ_b=W/(πd_1 kpz) (7.8)

Jika tebal akar pada mur dinyatakan dengan j.p, maka tegangan gesernya adalah
τ_n=W/πDjpz (7.9)
Untuk ulir metris dapat diambil k = 0.84 dan j = 0,75. untuk pembebanan pada seluruh ulir yanmg dianggap merata, τb dan τn harus lebih kecil dari pada harga yang diizinkan τa.

Tabel 7.Tekanan permukaan yang di izinkan pada ulir

bahan Tekana permukan Yang di izinkan
qa(kg/mm2)
Ulir luar Ulir dalam Untuk pengikat Untuk penggerak
Baja liat Baja liat atau perunggu 3 1
Baja keras Baja liat atau perunggu 4 1,3
Baja keras Besi cor 1,5 0,5

bahan Kecepatan luncur Tekana permukan Yang di izinkan
qa(kg/mm2)
perunggu Kecepatan rendah 1,8-2,5
baja perunggu 3,0 m/min atau kurang 1,1-1,8
Besi cor 3,4 m/min atau kurang 1,3-1,8
perunggu 6,0-12,0 m/min 0,6-1,0
Besi cor 0,4-0,7
perunggu 15,0 m/min atau kurang 0,1-0,2

Bila beban yang bekerja pada baut merupakan gabungan antara gaya tarik aksial dan momen puntir, maka sangat perlu untuk menentukan cara memperhitungkan pengaruh puntiran tersebut. Jika gaya aksial dinyatakan dengan W(kg), maka harus ditambahW/3 pada gaya aksial tersebut sebagai pengaruh dari tambahan momen puntir. Cara ini merpakan p[erhitungan kasar, dan dipakai bila diperhitungkan yang lebih teliti dianggap tidak diperlukan.
Bila terdapat gaya geser murni W(kg), tengan geser yang terjadi masih dapat diterima selama tidak melibihi harga yang yang di izinkan. Jadi (W/(π/4)d2)≤ τ
A, untuk satu penampang yang mendapat beban geser. Seperti telah di uraikan di muka., tegangan geser yang diambil sebesar τa = (0,5 – 0,75)σa, dimana σa adalah tegangan tarik yang di izinkan. Perlu diperhatikan bahwa beban geser harus ditahan oleh bagian yang berdiameter d.
Baut yang mendapat beban tumbukan dapat diputus karena adanya konsentrasi tegangan pada bagian akar profil ulir. Dengan demikian diameter inti baut harus diambil cukup besar untuk memper tinggi faktor keamnanya. Baut khusus untuk menahan tumbukan biasanya dibuat panjang, dan bagian yang tidak ber ulir dibuat dengan diameter lebih kecil dari pada diameter intinya, atau diberi lubang pada sumbunya yang terberulir,

Panajng l dari baut tap atau baut tanam yang disekrupkan kedalam lubang ulir, tergantung pada bahanlubang ulir tersebut sebagai berikut: untuk baja autu perunggu l = , untuk besi cor l = 0,3d, untuk logam lunak l = (1,8-2,0)d. Kedalam lubang ulir harus sama dengan l di tambah 2-10 (mm).
Permukaan dimana kepala baut atau mur akan dudu, harus dapat menahan tekanan permukaan sebagai akibat dari gaya aksial baut. Untuk menghitung besarnya tekanan ini, dianggap bahwa luas bagian kepala baut atau mur yang akan menahn gaya adalah lingkaran yang diameter luarnya sama dengan jarak dua sisi sejajar dari segi enam B(mm), dan diameter dalamnya sama dengan diameter-dianeter luar baut d (mm). Jika beban aksial baut adalah W (kg), maka besarnya tekanan permukaan dudukan adalah
q=W/((π/4)(B^2-d^2)) ≤ q_sa (710)
Dimana qsa adalah tekanan permukaan yang di izinkan seperti dalam tabel 7.4.
Baut atau mur dapat menjadi kendor atau lepas karena getaran. Untuk mengatasi hail ini perlu dipakai penjamin. Dibawah ini diberikan beberap contoh yang umum di pakai.
cicin penjamin (gambar 7.15 ) yang dapat terbentuk cincin pegas, cicin bergigi luar, cincin cekam berlidah.
Murpenjamin (gamabr 7.16) yang menggunakan dua buah mur, yang bentuknya dapat bermacam-mavam dalam hal gambar 7.16(a), mur A akan mencegah mur B menjadi kendor.
Pena menjamin, sekrup mesin, atau sekrup penetap (gambar 7.17),
Macam macam penjamin lain (gambar 7.18) seperti dengan cincin nilon yang disisipkan pada ujung mur untuk memeprbesar gasakan dengan baut, menipiskan dan membelah ujung mur yang berfungsi sebagai penjepit baut,dll.

Di bawah ini akan di diberikan cara merencanakan ulir dan mur sederhana dengan menggunakan contoh dan diagram (diagram 2.8).

[contoh 7.1] rencakan ulir da mur untuk sebuah kait dengan beban 5 (ton) seperti dalam gambar 7.19. kait dan mur kedua-duanya di buat dari baja liat dengan kadar karbon 0,22(%).

[penyelesaian]
Wo = 5000 (kg)
fc = 1,2
W = 1,2 X 5000 = 6000 (kg)
Bahan baut : baja liat dengan 0,22(%)C σB = 42 (kg/mm2), Sf= 7, σa = 6 (kg/mm2), τa = 0,5 x 6 = 3 (kg/mm2)
d_1=√((4 x 6000)/(π x 6))=35,8
Dipilh ulir metris kasar d1 = 37,129 (mm) > 35,8 (mm), d = 42 (mm), p = 4,5 (mm)
Bahan mur : baja liat dengan 0,22(%)C σB = 42 (kg/mm2), τa = 0,5 x 6 = 3 (kg/mm2), qa = 3 (kg/mm2)
D = 42 (mm), d2 = 39.077 (mm), H1 = 2, 436 (mm)
z≥6000/(π x 39,077 x 2,436 x 3) = 6,69 →7
H ≥7 x 4.5 = 31,5 (mm), H ≥ (0,8 – 1,0)d = 35,6 → 42 (mm) H = 42 (mm) akan dipakai
z’ = 42/4,5 = 9,33
τ_b=6000/(3,14 x37,129 x 0,89 x 4,5 x 9,33)=1,46

Harga di atas dapat diterima karena masing-masing lebih rendah dari 3,0(kg/mm²)
Bahan baut dan mur : baja liat dengan 0,22(%)C. Baut : M42. Mur : M42 ; tinggi mur = 42 (mm)

28. Diagram aliran untuk merencanakan baut dan mur kait

7.3 Ulir Dengan Beban Berulang

Dalam praktek, pengetahuan tentang tata cara perhitungan ulir yang dikenai beban dinamis atau beban berulang adalah sangat penting. Sebagai contoh pada kasus ini adalah baut yang dipakai untuk menjepit kepala silinder motor bakar torak dimana tekanan di dalam silinder selalu berubah-ubah antara harga nol dan maksimumnya.
Misalkan dua buah plat seperti dalam gambar 7.20 dijepit oleh sebuah baut dengan gaya awal Pо (kg). Karena gaya tersebut, baut akan mengalami perpanjangan sebesar λb (mm) dan plat akan mengalami pengurangan pada tebalnya sebesar δp (mm) karena elastisitas. Perpanjangan dan penipisan tersebut berbanding lurus dengan gaya jepit yang bekerja. Jika konstanta pegas dari baut dan pelat berturut-turut dinyatakan sebagai dengan Cb (kg/mm) dan Cp (kg/mm), maka gaya jepit awal dapaty dinyatakan sebagai
P_0=C_b λ_b; P_0=C_(p ) δ_p (7.11)

Gambar 7.20 Dua buah plat dijepit dengan baut dan mur

Persamaan tersebut dapat digambarkan seperti dalam gambar 7.21(a). Jika ∆OSS’ digeser kekiri hingga PP’ dan SS’ berimpit, akan diperoleh Gambar 7.21(b). Besarnya konstanta pegas dari baut dan pelat juga dapat dinyatakan sebagai tangen sudut α dan β sebagai berikut :

tan⁡∝=P_0/ λ_b;tan⁡〖β= 〗 P_0/δ_p (7.12)
Jika Eb (kg/mm²) menyatakan modulus elastisitas baut, l (mm) panjang ekivalen baut, Ak (mm²) diameter inti baut, lp (mm) tebal plat, dan H (mm) tinggi mur, maka

E_b=(P_0 l)/(A_k λ_b )= C_b l/A_k ,C_b= (A_k E_b)/l (7.13)

l = lp + H + tambahan (7.,14)

Untuk baut dengan bagian yang tak berulir sepanjang L1 dan yang berulir L2 seperti dalam Gambar 7.22, maka

1/C_b =1/E_b (l_1/A_d + l_2/A_k ) (7.15)

A_d=(π/4)d^2 , l_2= l_p+ (H/2) – l_1 (7.16)
Konstanta pegas dari plat, sangat sukar dihitung karena luasnya, kecuali untuk bentuk-bentuk tertentu. Dalam hal ini, beberapa rumus telah diajukan uuntuk menaksir

Luas bagian plat yang terpengaruh oleh jepitan baut. Di sini hanya akan dipakai rumus Fritsche sbb.:
A_p=π/4 〖[(B+k l_p/2)〗^2- D^2] (7.17)

Dimana
B: adalah jarak antara dua sisi segi enam yangsejajar (dari mur atau kepala baut,
(mm)
D: adalah diameterv lubang baut, (mm)
k : konstanta bahan yang bearnya antara 1/3-1/5
Dengan demikian maka konstanta pegas dari plat dapat ditulis sebagai

C_p= A_(pE_p )/l_p = E_p/l_p .π/4[(B+k l_p/2)^2-D^2] (7.18)

Jika kemudian ada gaya luar yang mencoba saling memisahkan kedua plat tersebut dalam arah sumbu baut, maka gaya aksial pada baut bertambah sehingga lebih besar dari Pо. Misalkan gaya pemisah tersebut besarnya P_o(kg) dan bekerja pada bagian penampang pelat seperti dalam Gambar 7.23. Maka bagian yang diarsir dengan garis mendatar, yaitu luas (1 – n)l_p, akan mengalami penambahan kompresi, sedangka

Bagian penampang yang diarsir dengan garis tegak, yaitu luas nl_p, akan mengalami pengurangan kompresi. Akibatnya ialah bahwa plat akan cenderung untuk kembali kepada tebal semula. Harga n pada umumnya diambil sebesar 1, 3/4, atau ½.
Misalkan dari gaya luar P, bagian P_b mengakibatkan perpanjangan baut sebesar λ_b1 dan penipisan plat sebesar λ_p1. Misalkan pula bahwa modulus elastisitas baut Eb sama dengan modulis elastisitas plat Ep. Maka

C_p= P_b/λ_b1 , C_pc= P_b/λ_p1 = (A_p E_p)/(l_p (1-n))= C_p/(1-n)

λ= λ_b1+λ_p1=P_b/C_b +(P_b (n-1))/C_p =P_b {1/C_b +((n-1))/C_p } (7.19)

Penipisan bagian plat yang tebalnya nlp akan berkurang ekivalen dengan λ. Pengurangan kompresi pada bidang kontak antara kedua plat adalah

C_(pe =) P_b/λ = (A_p E_p)/〖nl〗_p = C_p/n (7.20)

Hubungan ini digambarkan dalam Gambar 7.24, dimana

tan γ = P_b/λ= C_b/(1+(C_b/C_(b ) )(1-n)) < c_b=" tan" c_p=" tan"> β

Gaya luar P = Pp + Pb digambarkan dengan garis tegak yang kedua ujungnya berada di garis titik-titik. Sekarang, jika digunakan notasi

P_b/P= ф (7.21)

ф= P_b/P = P_b/(P_(b )+ P_P )= 〖λ_b1 C〗_b/(〖λ_b1 C〗_b+〖λ_b1 C〗_b C_p/n(1/C_b +(1-n)/C_p ))

maka :

ф = nC_b/(C_(p )+ C_b ) (7.22)

Perbandingan antara gaya jepit awal Po dan Pp disebut faktor pelepasan L, yang dapat ditulis sebagai

L = P_o/P_p = P_o/(1 – ф)P (7.23)

Dalam tabel 7.5 diberikan harga L tersebut. Notasi 10K, 12K, 6G, dan 8G dalam tabel tersebut berhubungan dengan sistem pemagian kekuatan ulir atau kekuatan bahan menurut standar DIN. Sifat-sifat mekanisnya diberikan dalam tabel 7.6.
Setiap distribusi gaya jepit harus dikoreksi dengan menggunakan faktor pengetatan a dari Tabel 7.7 sebagai berikut:

P_o = aL(1 – ф)P (7.24)

Penambahan gaya jepit P_T karena adanya kenaikan temperatur pada waktu operasi, dapat ditambahkan. Dengan demikian maka gaya jepit maksimum adalah

P_max= aL(1 – ф)P+ фP+ P_T (7.25)

Dengan mempergunakan batas harga mulur σy (kg/mm²) dalam Tabel 7.6, perlu diperiksa apakah Pmax memenuhi persamaan berikut:

P_max σ_γ.A_k (7.26)

Selanjutnya, amplitudo tegangan baut σ_am (kg/mm²) adalah

σ_am= 1/2 P_b/A_k = ф/2.P/A_k (7.27)

Besarnya amplitudo ini tidak boleh melebihi batas kelelahan ulir luar menurut Tabel 7.8
Tekanan dudukan kepala baut atau mur dapat dihitung dengan rumus

P_(s= P_max/((π/4)(B^2- D^2))) (7.28)

Dalam hal ini perlu diperiksa apakah harga tersebut tidak melebihi harga yang ada dalam Tabel 7.9.
Jika diberikan beban dinamis dan statis aksial, beban statis dann dinamis radial atau lintang, atau gaya jepit awal, maka untuk menaksir diameter nominal baut yang sesuai (sebagai taksiran pertama), dapat dipergunakan Tabel 7.10.

⌠Contoh 7.2⌡ Rencanakan sebuah baut dan mur nutuk beban luar berulang yang bervariasi antara 0 sampai 1500 (kg). Tebal benda yang akan dijepit adalah 60 (mm) dan terbuat dari baja SS. Pengetatn mur akan dilakukan dengan tangan .

(Penyelesaian)

Po = 0-1500 (kg)
Misalkan bahan baut dari golongan 8G(SCr 2).
σ_B = 80 (kg/mm²), σy = 64 (kg/mm²), dan E = 2,1 X 10 (kg/mm²)
Ambil titik kerja gaya sebagai n = ¾.
Dari daftar diameter nominal, diambil beban aksial dinamis 1000 dan 1600 (kg); maka untuk golongan 8G diperoleh M10-M14. Sebagai kompromi diambil M12.
l = 60 + 10 (tinggi mur) + 3 (tambahan) = 73 (mm)
b = 30 (mm)
l_1 = 73 – 30 = 43 (mm)
l_2 = 60 – 43 = (10/2) = 22 (mm)
A_d = (π/4) x 122 = 113,4 (mm2)
Ak = (π/4) x (10,106)2 = 80,2 (mm) 2
Konstanta pegas baut C_b
1/C_b = 1/(2,1 x 〖10〗^4 ) [43/113,4+22/80,2]= 0,311 x 〖10〗^(-4)
C_b = 3,22 x 10 (kg/mm)
Konstanta pegas benda yang dijepit Cp
Cp = (2,1 x 〖10〗^4)/60.π/4[(19 + 60/10 )^2 - 132] = 11,75 x 104 (kg/mm)
Φ = 3/4.3,22/(3,22+11,75) = 0,161
l_b/d = 60/12 = 5,8G. Untuk permukaan kasar L = 1,6
a = 1,4,L = 1,6
Po = 1,4 x 1,6(1-0,161) x 1500 = 2819 (kg)
P_max = 2819 + 0,161 x 1500 = 3061 (kg)
σ_γ A_k = 64 x 80,2 = 5133 (kg)
5133 > 3061 (kg), baik
σ_am = Φ/2.P/A_k = 0,161/2 x 1500/80,2=1,5 (kg/mm)
Ulir yang dirol, 8G, M10-16
Batas kelelahan σ_(f )= 5 (kg/mm²),
1,5 (kg/mm²) < 5 (kg/mm²), baik
Diambil : M12
B = 19 (mm)
P_s = 3061/((π/4)(19^2-13^2))=20,3 (kg/mm)

23. Dengan bahan di sekitar S35C, batas tekanan dudukan adalah 50 (kg/mm²).
24. Karena golongan 8G dapat mencapai harga di atas batas tersebut, maka 20,3
(kg/mm²) adalah cukup aman.
25. Hasil : 8G, M12, B =19 (mm), dudukan kasar, ulir dirol.

Read more...

macam-macam ulir

1. Jenis ulir

Ulir digolongkan menurut bentuk profit penampangnya sebagai berikut:ulir segi tiga, persegi, trapezium, gigi gergaji, dan bulat. Bentuk persegi , trapesium, dan gigi gergaji , pada umumnya dipakai untuk penggerak atau penerus gaya, sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari kemacetan karena kotoran. Tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir segitiga.



Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan menurut ulir kasar dann ulir lembut sebagai berikut:
> seri ulir kasar metris
> seri ulir kasar UNG
> seri ulir lembut metris
> seri ulir lembut UNF
> seri ulir lembut lebih UNEF
Seri ulir kasar dipakai untuk keperluan umum , seperti baut dan mur . seri ulir lembut mempunyai jarak bagi yang kecil dan dipergunakan pada bagian-bagian yang tipis serta untuk keadaan dimana getaran besar (karena ulir lembut tidak mudah kendor sendiri). Ulir seri UNC, UNF, dan UNEF merupakan gabungan antara standar Amerika dan Inggris.
Ada juga ulir pipa yang digunakan untuk menyambung pipa dan bagian-bagiannya. Termasuk dalam golongannya ini adalah ulir lurus yang dipakai untuk mengikat dan ulir kerucut atau tirus untuk sambungan yang harus rapat. Ulir ini mempunyai jarak bagi dan tinggi ulir yang lebih kecil dari pada ulir kasar . selain ulir-ulir diatas ada juga ulir untuk pemakaian seperti sepeda, mesin jahit, dan pipa halus, yang telah distandartkan.
2. kelas ulir
ukuran ulir luar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif (diametr dimana tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbua adalah sama), dan diameter inti.untuk ulir dalam , ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan , dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi , ditetapkan kelas ketelitian sebagai berikut:
Untuk ulir metris :kelas 1, 2, dan 3.
Untuk ulir UNC, UNF, UNEF:
> Kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk ulir luar.
> Kelas 3B, 2B, daN 1B, untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JIS adalh kelas 1 , dan dalam standar Amerika adalah 3A Atau 3B.
Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sebagai berikut:
> Kelas teliti : ( kelas 1 dalam JIS ) untuk ulir teliti.
> Kelas sedang ( kelas 2 dalam JIS ) untuk pemakaian umum.
> Kelas kasar ( kelas 3 dalam JIS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan misalnya ulir dalam dari lubang yang panjang.
Read more...

macam-macam ulir

Membubut Ulir


Meskipun dimungkinkan untuk membubut atau memotong ulir dalam segala bentuk, namun mesin bubut biasnya dipilih kalau hanya sedikit ulir yang akan dibuat atau apabila di ingin kan bentuk ulir khusus.


Biasanya hampir pada setiap mesin bubut telah tersedia mekanisme pembubutan ulir dan instruksi tersebut sudah juga disertakan pada panel mesin bubut nya. Sehingga hanya dengan memilih dan menarik tuas yang di inginkan, maka mesin akan bekeja untuk membuat ulir sesuai dengan yang di harapkan. Metode lain untuk mendapatkan bentuk ulir adalah dengan menggrinda pahat menjadi bentuk yang sesuai dengan bentuk ulir yangdiharapkan.


Misalnya akan membuat ulir dengan bentuk “V”, maka biasanya dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode hantaran pahat. Yang pertama, pahat dapat dihantarkan lurus ke dalam benda kerja dan ulir dibentuk dengan melakukan sederetan pemotongan ringan. Aksi pemotongan nya terjadi pada kedua sisi pahat yang digunakan. Yang kedua, yaitu dengan menghantarkan pahat masuk dengan sudut tertentu. Umumnya pahat nya diberi hantaran positif sepanjang benda kerja, dimana



kecepatan putaran mesin disesuaikan untuk memotong sejumlah ulir yang di inginkan. Hal ini dapat dicapai dengan sederetan roda gigi yang terdapat/terletak dibagian ujung mesin bubut, menggerakkan ulir pengarah yang dihubungkan dengan spindel headstock pada kecepatan yang di inginkan.


Setelah mesin bubut disetel, sebuah ulir hantaran menyilang disetel pada suatu tanda di micrometer dial dan diambil suatu pemotongan yang ringan untuk memeriksa jarak bagi dari ulir. Pada akhir dari setiap pemotongan yang ber urutan, pahat dikeluarkan dari ulir dengan cara memutar ke belakang ulir hantaran menyilang nya. Hal ini diperlukan karena setiap pemutaran balik dalam ulir pengarah, akan dapat mencegah pengembalian pahat dalam pemotongan sebelum nya. Pahat kemudian dikembalikan ke kedudukan selanjutnya untuk mebuat ulir berikut, demikian seterus nya.

Read more...

Saturday, November 7, 2009

toleransi dalam islam

Toleransi dalam Islam


"Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak (pula)
mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil." (Q.S. Al-Mumtahanah : 8).

Sekitar empat puluh tahun yang silam, datanglah ke Indonesia seorang
sejarawan terkemuka abad ini, asal Inggris, DR. Arnold J. Toynbee. Di
Indonesia ia merasa melihat keadaan yang "baginya aneh." Bangsa
Indonesia yang 90 persen taat pada agama Islam itu, ternyata adalah
bangsa yang paling lapang dada atau toleran, begitu kesaksian Toynbee.
Menurut Toynbee, toleransi Indonesia itu perlu dijadikan contoh.

Sesungguhnyalah, kaum muslimin adalah ummat yang paling toleran
(tasamuh : lapang dada) terhadap pemeluk agama lain, sebab agama Islam
memang mengajarkannya. Barangkali tidak ada agama yang begitu jelas,
tegas dan tuntas mengajarkan toleransi, sebagaimana halnya Islam;
bahkan toleransi itu merupakan ciri agama Islam. Indahnya lagi,
pelaksanaan praktek toleransi Islam ini terbukti dalam sejarah Islam
serta diakui dan dikagumi oleh banyak cendekiawan non-muslim di dunia
Barat maupun Timur.


Toleransi Islam : Aktif dan Positif
-----------------------------------
Keistimewaan ajaran Islam tentang toleransi ini ialah bahwa toleransi
Islam bukanlah toleransi yang pasif, melainkan aktif dan positif. Ia
bukan sekedar untuk "hidup berdampingan secara damai," melainkan lebih
dari itu aktif dan positif, yakni berbuat baik dan berlaku adil sekali
pun terhadap keyakinan orang lain. Di samping itu Islam juga memberi
perlindungan kepada mereka dari ancaman penindasan.

Tidak syak lagi bahwa toleransi -- yang merupakan "kata kunci" bagi
terwujudnya kehidupan heterogen yang harmonis -- adalah salah satu
sifat dan ciri yang menonjol ajaran Islam, dan sekaligus merupakan
kekuatan Islam. Berkat sikap yang toleran terhadap agama lain, Islam
dapat berkembang dengan pesat ke berbagai benua. Berkat toleransi
Islam, maka pemeluk agama lain di negeri Islam dapat hidup tenteram,
sebab mendapat perlakuan baik dari penguasa Islam.

Toleransi, yang bahasa Arabnya tasamuh adalah "sama-sama berlaku baik,
lemah lembut dan saling pemaaf." Dalam pengertian istilah umum,
tasamuh adalah "sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat
rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang
digariskan oleh ajaran Islam."

Setidak-tidaknya ada dua macam tasamuh. Pertama, tasamuh antar sesama
manusia muslim yang berupa sikap dan perilaku tolong menolong saling
menghargai, saling menyayangi, saling menasehati, dan tidak curiga
mencurigai. Kedua, tasamuh terhadap manusia non muslim, seperti
menghargai hak-hak mereka selaku manusia dan anggota masyarakat dalam
satu negara. Dengan kata lain, toleransi didasarkan atas
prinsip-prinsip : 1. bertetangga baik; 2. saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama; 3. membela mereka yang teraniaya; 4. saling
menasehati, dan 5. menghormati kebebasan beragama.

Ajaran Islam tentang toleransi beragama atau hubungan antar ummat
beragama ini meliputi lima ketentuan, yakni :

Pertama, tidak ada paksaan dalam agama, "Tidak ada paksaan dalam agama
(karena) sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang
salah." (Q.S. Al-Baqarah : 256).

Kedua, mengakui eksistensi agama lain serta menjamin adanya kebebasan
beragama, sebagaimana digariskan dalam Q.S. Al-Kafirun :
Katakanlah : "Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa
yang kalian sembah dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah, dan
kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku."
(Q.S. Al-Kafirun 1-6).

Ketiga, tidak boleh mencela atau memaki sesembahan mereka (Q.S. Al-
An'am : 108).

Keempat, tetap berbuat baik dan berlaku adil selama mereka tidak
memusuhi (Q.S. Al-Mumtahanah 8-9; Q.S. Fushshilat : 34).

Kelima, memberi perlindungan atau jaminan keselamatan. Pesan Nabi SAW,
"Barangsiapa menyakiti orang dzimmi berarti ia menyakiti diriku!"

Dari ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa toleransi yang diajarkan Islam
bukanlah toleransi yang pasif -- yang sekedar "menenggang, lapang dada
dan hidup berdampingan secara damai" -- tapi lebih luas lagi; bersifat
aktif dan positif, yakni untuk berbuat baik dan berlaku adil. Agama
Islam juga mengakui adanya orang-orang ahli kitab yang baik dan
perlunya perlindungan tempat-tempat ibadah agama lain (Q.S. Al-Ma'idah
: 82; Q.S. Al-Hajj : 40).


Praktek Toleransi Islam
-----------------------
Ajaran Islam tentang toleransi ini bukan hanya merupakan teori belaka,
tapi juga terbukti dalam praktek, sebagaimana tercatat dalam sejarah
Islam dan diakui oleh para ahli non-muslim. Sejak agama Islam
berkembang, Rasulullah SAW sendiri memberi contoh betapa toleransi
merupakan keharusan. Jauh sebelum PBB mencanangkan Declaration of
Human Rights, agama Islam telah mengajarkan jaminan kebebasan
beragama. Melalui "Piagam Madinah" tahun 622 Masehi, Rasulullah SAW
telah meletakkan dasar-dasar bagi keragaman hidup antar ummat agama di
antara warga negara yang berlainan agama, serta mengakui eksistensi
kaum non muslim dan menghormati peribadatan mereka.

Ketika ummat Islam berkuasa di Spanyol selama hampir 700 tahun, soal
toleransi ini pun menjadi acuan dalam memperlakukan penduduk asli,
baik yang beragama Nasrani maupun Yahudi. Toleransi Islam ini juga
nyata di India, waktu Islam memerintah India, terutama pada masa
Sultan Akbar, Kesultanan Humayun Kabir, di mana kaum Hindu juga
mendapat keleluasaan.


Batas Toleransi
---------------
Sudah tentu sikap toleransi ini pun bukannya tanpa batas, sebab
toleransi yang tanpa batas bukanlah toleransi namanya, melainkan
"luntur iman."

Batas toleransi itu ialah, pertama : apabila toleransi kita tidak lagi
disambut baik atau ibarat "bertepuk sebelah tangan," di mana pihak
lain itu tetap memusuhi apalagi memerangi Islam. Kalau sudah sampai
"batas" ini, kita dilarang menjadikan mereka sebagai teman
kepercayaan.

Firman Allah SWT,
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan
kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir
kalian dari negeri kalian, dan membantu (orang lain) untuk mengusir
kalian. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka
itulah orang-orang zhalim." (Q.S. Al-Mumtahanah : 9).

Akan tetapi hal ini tidak lantas berarti bahwa kita boleh langsung
membalas, melainkan lebih dulu menghadapinya dengan pendekatan untuk
"memanggil" atau menyadarkan. Bukankah Islam mengajarkan ummatnya agar
menolak kejahatan dengan cara yang baik?

"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan)
dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang antaramu dengannya
ada permusuhan itu seolah-olah menjadi teman yang setia." (Q.S.
Al-Fushshilat : 34).

Apalagi kalau yang "memusuhi" aqidah kita adalah orang tua kita
sendiri, maka penolakannya harus dengan cara yang lebih baik lagi dan
tetap bersikap sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua
(birru al-walidain). Dengan kata lain, sekali pun berbeda agama atau
keyakinan dengan orang tua, namun dalam hubungan antar manusia (hablun
min an-nas), harus tetap baik. Setiap anak harus berbakti kepada kedua
orang tuanya. Akan tetapi kalau orang tua memaksa anak untuk berbuat
syirik, maka "fala tuthi'huma!" (jangan sekali-kali kamu ikuti), dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik -- demikian firman Allah
dalam surat Luqman : 15.

Wallahu'alam bishshowab
Read more...