Pages

Thursday, September 20, 2012

Memori Tugas Akhir (Part II)

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya


Kembali lagi, aku melanjutkan curhatku tentang Tugas Akhir. Ehmm… special request sebenernya. Ngebosenin? I don’t care.:D
            Kemarin aku udah ngeshare abstrak Gak Jelas-ku. Jadi sekarang aku mau mengulas sedikit Tugas Akhir yang harus kuselesaikan dulu. Jadi, sebagaimana kenyataan dan realita bahwa kelulusan Tugas Akhir adalah salah satu persyaratan WISUDA, secara otomatis aku harus LULUS Sidang Tugas Akhir. Yeah… evenif di program studi yang kuambil bobot sidang terberat adalah pada Tugas Gambar sebagaimana posting sebelumnya, tapi Tugas Akhir juga penting.  But, mulai dari tahun kemarin ada sedikit perbedaan Tugas Akhir dengan sebelum-sebelumnya. Misalnya aja untuk Prodi Teknik Perancangan dan Konstruksi Kapal yang kuambil, bedanya kaya gini:
1.      Tahun-tahun sebelumnya, waktu pengerjaan dan sidang TA di Semester V. Sekarang Semester VI.
2.      Karena Semester VI ada tanggungan OJT (On The Job Training), maka materi/bidang yang diambil adalah permasalahan yang ditemukan dari tempat OJT yang (pastinya) relevan dengan bidang keilmuan kita. (Aku khan bidangnya Naval Architecture :D)
3.      Sekarang nama kerennya Field Project. Tapi kemarin aku masih pakai judul Tugas Akhir karena versi kerennya belum disahkan.:D:D
4.      Karena bareng sama OJT dan HARUS mengangkat permasalahan dari tempat OJT, kebayang donk gimana tantangannya. Apalagi tempat OJT-nya ky gini.




Karena hal-hal yang udah aku sebutin itu, maka ada beberapa kemudahan yang kita dapat yaitu….:
1.      Bobot TA, yang meliputi batasan masalah, konsultasi dengan dosen pembimbing, proses sidang dan penilaian lebih ringan dari sebelumnya.
2.      Waktu pengerjaan jadi lebih singkat. Kebanyakan mahasiswa mulai ngerjain TA-nya abis OJT.
3.      Beberapa hal yang nggak bisa dituliskan dengan kata-kata tapi bikin nilai jadi bagus.:D
Maaf saudara-saudara, karena saya jarang menulis, maka dengan terpaksa saya membuat cerita saya jadi curhatan panjang.:D
So… aku udah pernah nulis belum ya kalo aku praktek di sebuah galangan di Surabaya. Ceritanya, abis curhat sama Manager Engineering kalau kelompokku perlu beberapa permasalahan untuk diangkat, kita dikasih beberapa ide. Dan ide yang kuambil bisa dibilang cakupan ilmu yang harus dikuasai bidangku. Mulai dari desain, perhitungan matematis dan –yang paling bikin mahasiswa prodiku males ambil bidang ini- pengujian/analisa material.
Sedikit gambaran tentang TA-ku, sebagaimana yang udah pernah kupajang di abstrak, ini adalah tentang perencanaan penampang konstruksi penegar/stiffener agar didapatkan yang stiffener paling ringan dengan modulus yang hampir sama. Sedangkan sampel stiffener yang aku gunakan adalah angle bar (Profil L) tipe equal dan unequal, welded profile dan bending plate. BTW, sampelku sendiri penampangnya angle base, mirip-mirip huruf L gitu. Tipe kapal sebagai pertimbangan desain adalah Landing Craft Tank. Jadi ceritanya, dari perencanaan besar modulus stiffener yang dipakai di kapal itu, dicari profil lain dengan modulus yang sama. But, tipe ato dimensinya bisa beda. Goalnya, mendapatkan penampang dengan modulus yang mendekati perencanaan awal, tapi lebih ringan dari yang direncanakan. Sehingga analisa yang dipakai untuk menguji kelayakannya ada analisa matematis buat ngitung modulusnya satu-satu, analisa harga termasuk harga JO dan teman-temannya, analisa berat buat ngebandingin berat konstruksinya kalau udah dipasang di kapal dan analisa kekerasan material termasuk analisa struktur mikro-nya. Aku nulis kekerasan=hardness dan bukan violence. Both of them are absolutely different. Hehehehehe…. Lebih kurang kaya gitu lah content-nya TA-ku.
Kalau dipikir-pikir, namanya TA pasti pembimbingnya disesuaikan dengan bidang yang kita angkat donk. Jadi mending aku ceritain gimana proses dapat pembimbing. Soalnya kalau di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (Kampusku), meskipun udah ada koordinator yang mendistribusikan permasalahan yang diangkat mahasiswa ke dosen pembimbing, khan lebih enak kalau dapat dosen pembimbing yang T-O-P-B-G-T dan nyambung sama kita. BTW, aku udah pernah cerita khan kalo pembimbingku punya standar yang tinggi, dan bisa dibilang lebih tinggi dibanding dosen-dosen lain, terutama masalah kualitas penulisan TA. So… ini adalah step-by-step yang mungkin bisa kamu jadiin inspirasi (kalau kamu kuliah di kampusku. Hehehe...):D
1.      Ketemu calon dosen pembimbing
Semester sebelumnya (Semester V kalau aku) aku udah ketemu sama salah satu dosen yang mau kuminta jadi pembimbing. Setelah basa-basi bla bla bla dan bertanya permasalahan apa yang beliau suka untuk dijadiin TA, disesuaikan dengan tempat OJT-ku, trus aku curhat dech. Biar dikasih gambaran. Dari situ, aku bisa dapat pencerahan tentang apa yang harus kulakukan nanti dan permasalahan yang bisa kuangkat. Soalnya waktu itu aku juga masih blur gitu. Aku saranin jangan memaksakan diri untuk milih dosen pembimbing yang gak membidangi TA kamu meskipun kamu udah cocok banget sama beliau kaya bapak-anak.  
2.      Ngejalanin OJT
Aku agak malas cerita kondisi di sana. Yang pasti, yah.. kamu pasti tahu. Itu galangan kapal. Intinya di sana aku dapat pencerahan dari Manager Engineering untuk mengangkat permasalahan yang kuceritain itu.
3.      Bikin Proposal Tugas Akhir
Yeah… standart process. Sebelum bikin buku harus bikin proposal biar koordinator dan calon pembimbing ngerti maksud dari tema yang diambil. Gampang-gampang susah, yang penting bahasanya jelas dan nggak muter-muter.
4.      Ngirim Proposal Tugas Akhir ke Calon Pembimbing
Ini sebenarnya urutan yang gak seharusnya ada karena harusnya proposal langsung dikirim ke koordinator ;D. Setelah sebelumnya menghubungi calon-calon pembimbing dan menanyakan kesanggupan beliau, aku kirim dech proposalku ke mereka. Waktu itu, biarpun rata-rata calon pembimbing menyatakan bersedia, tapi ada yang gak menyarankan untuk melakukan uji material. Takut gak selesai katanya. :D but, ada juga calon pembimbing yang gak keberatan kalau aku pakai pengujian. Dan… dari beberapa calon pembimbing yang kukirimi proposal itu, semuanya menyarankan untuk mencalonkan nama pembimbingku yang sekarang.:D Apa cukup membingungkan? Maksudku, sebelum mengirim proposal ke Koordinator, aku memastikan calon pembimbingku bersedia jadi pembimbing TA-ku nantinya. Why? The reason was factor of lobbying.
5.      Ngirim Proposal Tugas Akhir ke Koordinator Tugas Akhir
Setelah dosen yang kumaksud mau dicalonin jadi pembimbing, baru dech kukirimin proposalnya ke Koordinator TA. Abis itu tinggal nunggu jawaban. Sekedar informasi, proposalku mendapat jawaban paling lama, bahkan saking lamanya sampai harus mengirim pesan personal untuk memastikan pembimbingku. Di sini, yang sedikit-banyak berpengaruh adalah lobbying :D. Soalnya, dosen pembimbingku udah bimbing buanyak mahasiswa. Hehehehe…
6.      Ngerjain Tugas Akhir
Setelah bersyukur berkali-kali, mengingat pembimbingku punya banyak fans dan bimbingannya buanyak banget barulah aku bisa ngerjain Tugas Akhir.

-----to be continued….

3 comments:

  1. pembimbing kok banyak fans-nya???? hems...kaya artis aja??? ...

    ReplyDelete
  2. yang sering terjadi pada TA itu kadang blm ada kesepahaman antara pembimbing dan anak bimmbinganya, sehingga yang terjadi penyelesaiannya TA nya agak terkendala...ada juga anak bimbing yg ngotot nggak mau ngikutin saran dosennya, tp ada jg dosen yg maksain kehendaknya..so yg baik emang harus bisa menjaga harmonisasi, saling memahami, saling memberi informasi...intinya konsultasi dan diskusi hrs sering dilakukan agar TA nya dpt terselesaikan...ni keluhan yg yg sering terdengar dr dosen pembimbing,"rhasia lho ni""...seringnya anak bimbing jarang konsultasi dan diskusi..tapi saat sdh hmpir batas sidang dimulai..segera mencari dosen pembimbingnya...nah itu tidak disuka oleh para dosen pembimbing....ya TA, konsultasi, diskusi,..selesai..enjoy aja lagi..he hehe

    ReplyDelete
  3. mau tanya dong kak. dulu pas masih semester satu kakak udah mikirin TA atau belum ? trus kasih saran dong kapan waktu yang paling baik buat mulai menulis TA

    regard
    arek dc semester 1

    ReplyDelete